TAK GENTAR MENGGAPAI ASA
Nama : PEQITA AYUDYA SELVA YESFANI
Kelas : 9D
Absen : 22
Nisa lahir di Jakarta 17 Juni 1995 dari keluarga yang sangat sederhana. Orang tuanya, Sukatno dan Sunarsih merupakan perantau dari Jawa Timur. Sukatno berasal dari Pacitan, sementara si Narsih dari Nganjuk
Orang tua Nisa yang hanya tamatan SD, menginginkan anaknya untuk bisa lebih baik pendidikannya dari pada mereka. Semua pekerjaan dilakukan orang tua Nisa untuk mewujudkan keinginan mereka mulai menjadi tukang bersih-bersih, menjadi petugas keamanan, sampai menjadi sopir ojol. Bahkan ibunya menjadi ART untuk menambah keuangan keluarga.
Melihat orang tuanya bekerja begitu berat, Nisa menjadi termotivasi untuk mewujudkan harapan orang tuanya. Di bangku SMA prestasi Nisa mulai terlihat. Guru BK dan teman-temannya memotivasi dia untuk kuliah di UI lewat jalur beasiswa. Awalnya dia ragu untuk mendaftarkan karena merasa lemah dalam berbahasa Inggris yang merupakan salah satu syarat mendapat beasiswa. Tapi dengan penuh keberanian dia mencoba. Menyadari persiapan berkas beasiswa memakan biaya yang tak sedikit, ia berjualan kue di sekolah.
Singkat cerita, dengan ketekunan dan kegigihan nya akhirnya Nisa berhasil masuk UI dengan pilihan fakultas Kesehatan Masyarakat pada tahun 2013 lewat beasiswa. Selama kuliah Nisa menambah pengalaman dan ilmunya dengan rajin mengikuti kompetisi, konferasi dan Program tukar pelajar Internasional yang membawa pengalaman ke luar negeri untuk pertama kalinya.
Walau dengan kesibukan yang luar biasa, ternyata ia berhasil lulus Cumlaud dengan merampungkan studinya selama 3,5 tahun pada tahun 2017. Lulus kuliah dia sempat bekerja di rumah sakit.
Keinginan untuk kuliah S2 membuat Nisa lebih tekun belajar bahasa Inggris. Ada 7 program beasiswa yang dilamarnya, tapi tak lolos karena terkendala nilai bahasa Inggris. Tapi berkat dorongan orang tuanya dan semangat juangnya, akhirnya dia diterima beasiswa di Imperial College London untuk studi S2 dalam bidang epidemiologi. Dan setelah lulus S2 dia diterima di WHO dan dipercaya untuk mengatasi teknis program vaksinasi COVID-19 di Indonesia.
Pesan moral dari kisah Nisa ini adalah tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau berusaha. Bergaulah dengan orang-orang yang selalu memberi motivasi positif, agar kita selalu bersemangat. Jangan mudah putus asa dan fokus terhadap apa yang kita cita-citakan.
Komentar
Posting Komentar